Secara historis suku bunga hampir sama tua dengan peradaban manusia, dengan kata lain suku bunga sudah ada sejak lama. Hal ini sesuai dengan
pendapat yang diungkapkan oleh Kidwell yang menyatakan bahwa orang
yang telah meminjam barang kepada orang lain dan kadang-kadang mereka
telah meminta imbalan atas jasa yang diberikan. Imbalan itu
disebut sewa yakni harga dari meminjam harta milik orang lain.
Sedangkan Miller menyatakan bahwa bunga adalah sejumlah dana, dinilai
dari uang, yang diterima si pemberi pinjaman (kreditur) , sedangkan suku bunga adalah rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman.
Harga
sewa dari uang itulah yang disebut suku bunga dan biasanya dinyatakan
sebagai presentase tahunan sari jumlah nominal yang dipinjam. Jadi suku
bunga adalah harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya belinya.
Suku bunga merupakan salah satu variable dalam perekonomian yang
senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Bunga
mempengaruhi secara langsung hehidupan masyarakat keseharain dan
mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian mulai dari segi
konsumsi, kredit, obligasi, serta tabungan.
Edmister mengemukakan tiga istilah yang berkaitan dengan suku bunga yaitu :
a. State rate adalah tingkat bunga satu periode dikalikan jumlah pokok pinjaman untuk menghitung beban bunga
b. Annual percentage rate
adalah tingkat bunga disetahunkan dengan menyesuaikan stated rate
untuk jumlah periode pertahun dan jumlah pokok yang benar-benar
dipinjam
c. Yield
adalah tingkat bunga yang ekuivalen denga satu kontrak keuangan yang
memenuhi tiga syarat : jumlah seluruhnya yang benar-benar dipinjam, pada awal tahun, kemudian dibayar kembali pada akhir tahun beserta bunga.
Definisi pertama, stated rate, mendasarkan tingkat bunga pada jangka waktu kontrak. Definisi kedua, annual pecentage rate, menyesuaikan jangka waktu kontrak untuk menghitung ekuivalen tingkat bunga. Sedangkan definisi ketiga, yield, membuat penyesuaian yang diperlukan untuk menghitung tingkat bunga ekuivalen dengan satu standar yang ditentukan secara jelas.
B. Teori Penentuan Suku Bunga
Dalam bagian ini, akan dibahas dua teori penentuan suku bunga yang paling berpengaruh, yaitu: Teori Fisher, yang mendasari loanable funds theory, dan liquidity preference theory dari Keynes.
Loanable Funds Theory
Teori
Fisher adalah teori yang bersifat umum dan jelas mengabaikan
masalah-masalah praktis tertentu, seperti kekuasaan pemerintah
(bersama-sama dengan lembaga-lembaga depositori) untuk menciptakan uang
dan permintaan pemerintah (yang seringkali besar) terhadap dana
pinjaman, yang biasanya kebal terhadap tingkat suku bunga. Selain itu,
teori Fisher jugatidak mempertimbangkan kemungkinan bahwa
individu-individu dan perusahaan-perusahaan berinvestasi dalam saldo
kas
Liquidity Preference Theory
Liquidity preference theory (teori
hasrat liquiditas), yang awalnya dikembangkan oleh J.M. Keynes
menganalisa suku bunga ekuilibrium melalui ineteraksi penawaran uang
dengan permintaan agregat publik untuk memegang uang. Keynes mengasumsi
bahwa sebagian besar individu memegang kekayaan hanya dalam dua bentuk:
uang dan obligasi. Menurut Keynes, uang ekuivalen dengan valuta dan rekening giro (demand deposits), yang tidak membayar bunga atau membayar bunga sangat rendah, tetapi sangat liquid dan bisa digunakan bagi transaksi.
Secara
umum, kedua teori diatas menghasilkan tingkat bunga keseimbangan yang
sama. Yang berbeda dari keduanya adalah metodologi yang melandasinya.
Liquid preference theory disusun berdasarkan permintaan dan penawaran
dari persediaan uang dan pandangan bahwa semua keputusan keuangan
menekankan pada segi uang dari liquiditas. Oleh karena itu model dana
pinjaman dikembangkan berdasarkan aliran dana pada sistem keuangan dan
memandang keputusan keuangan dibuat dengan asas likuiditas yang lebih
luas
C. Fungsi Tingkat Bunga
Tingkat bunga mempunyai beberapa fungsi atau peranan penting dalam perekonomian, yaitu:
a. Membantu mengalirnya tabungan berjalan kearah investasi guna mendukung pertumbuhan perekonomian.
b. Mendistribusikan
jumlah kredit yang tersedia, pada umumnya memberikan dana kredit
kepada proyek investasi yang menjanjikan hasil tertinggi.
c. Menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan permintaan akan uang dari suatu negara.
d. Merupakan alat penting menyangkut kebijakan pemerintah melalui pengaruhnya terhadap jumlah tabungan dan investasi.
Tingkat
bunga tidak bersifat seragam. Pada kenyataannya, dalam sistem keuangan
tidak ada suku bunga yang tertentu, akan tetapi bermacam-macam suku
bunga yang berbeda-beda. Namun dalam analisis diasumsikan adanya satu
suku bunga fundamental dalam perekonomian yang disebut suku bunga riil
jangka pendek yang bebas resiko. Yang dimaksud dengan suku bunga riil
adalah suku bunga yang akan berlaku dalam perekonomian jika harga
rata-rata barang dan jasa diperkirakan tetap konstan selama usia pinjam.
Yang dimaksud suku bunga bebas resiko adalah suku bunga
pinjaman dimana peminjamnya tidak akan gagal memenuhi kewajiban apapun.
Sedangkan yang dimaksud jangka pendek adalah suku bunga dari pinjaman
yang akan jatuh tempo dalam satu tahun.
Selain
fungsi dan peranan penting tingkat bunga dalam perekonomian yang telah
disebutkan diatas, suku bunga juga memiliki apa yang disebut dengan
risiko suku bunga, yaitu potensi kerugian karena adanya perubahan
pergerakan arah suku bunga.
Risiko ini yang akan mempengaruhi semua instrumen yang menggunakan
satu atau lebih yield curves untuk menghitung satu nilai pasar.
D. Tingkat Bunga Riil dan Nominal
Model-model
dana pinjaman dan preferensi likuiditas berlandaskan asumsi bahwa
tingkat harga tetap konstan hingga jatuh tempo dari sekuritas yang
diperdagangkan dalam sistem keuangan. Akan tetapi pada kenyataannya,
orang mengantisipasi terjadinya perubahan harga dimasa mendatang, dan
harapan ini merupakan bagian dari proses yang menentukan suku bunga.
Sehubungan dengan kenyataan tersebut, dapatlah dibedakan antara
tingkat bunga riil dan tingkat bunga nominal (pasar) untuk
menggambarkan peran yang dimainkan oleh antisipasi harga. Tingkat bunga riil
adalah tingkat bunga keseimbangan yang ditentukan melalui kedua model
tersebut diatas, dimana para pelaku pasar beranggapan tidak ada
perubahan harga dimasa yang akan datang. Sedangkan tingkat bunga nominal
adalah tingkat bunga yang benar-benar diamati dalam sistem keuangan
dan sama dengan tingkat bunga riil plus penyesuaian mengingat
kenyataannya para pemain di pasar mengantisipasi terjadinya perubahan
harga dimasa mendatang.
Sejauh ini dalam pembahasan kita mengenai suku bunga, kita telah
mengabaikan pengaruh inflasi terhadap biaya peminjaman. Suku bunga yang
tidak terpengaruh oleh adanya inflasi, bisa kita sebut dengan suku
bunga nominal (nominal interest rate) yang dibedakan dari suku bunga riil (real interest rate)
yaitu suku bunga yang disesuaikan dengan mengurangi perubahan yang
diharapkan dalam tingkat harga (inflasi) sehingga lebih akurat untuk
mencerminkan biaya peminjaman yang sesungguhnya. Suku bunga riil yang telah didefinisikan diatas lebih tepat disebut sebagai suku bunga riil ex ante karena suku bunga tersebut disesuaikan dengan perubahan yang diharapkan
dalam tingkat harga. Ini adalah suku bunga riil yang paling penting
bagi keputusan ekonomi, dan ini yang oleh para ekonom dimaksudkan ketika
mereka mengacu pada suku bunga riil. Suku bunga yang disesuaikan
terhadap perubahan actual dalam tingkat harga disebut sebagai riil ex post.
Suku bunga tersebut mendeskripsikan seberapa baik seorang pemberi
pinjaman telah melakukan kegiatannya dalam arti riil setelah kenyataan.
E. Tingkat Bunga Kredit Bank
Bank
dalam operasionalnya secara umum berfungsi untuk mengumpulkan dana dan
membayar bunga kepada nasabahnya dan menyalurkan kredit dan menerima
bunga dari debitornya. Oleh karena itu pendapatan bank baru ada jika
pricing credit lebih besar dari cost of fund. Agar bank memperoleh
pendapatan, perlu ditentukan tingkat suku bunga kredit( SB Kredit) yang
dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu: Cost of Fund( COF) Overhead
Cost(OHC) dan Spread Profit(SP).
Mengenai
hal tersebut, sejak januari 2005 BI telah 15 kali melakukan perubahan
suku bunga, dan kebijakan ini berdampak langsung pada kenaikan
penghimpunan DPK. Kebijakan kenaikan bunga tersebut berperan besar
terhadap pengendalian tingkat inflasi dan terbukti tingkat inflasi dapat
diminimalisir dari inflasi tertinggi 8,81% pada bulan maret 2005
menjadi 7,42% pada bulan juni 2005
Yang
harus menjadi perhatian adalah sejauh mana pengaruh peningkatan suku
bunga SBI ini direspon oleh dunia perbankan. Yang sangat penting adalah
sejauh mana perbankan merespon kebijakan ini, baik dalam penetapan
kebijakan suku bunga dana pihak ketiga maupun suku bunga kredit yang
sedang kita bahas ini. Tentu saja dalam implementasinya hal ini akan
menimbulkan kesulitan tersendiri. Apabila suku bunga dana pihak ketiga
dinaikkan tanpa diikuti peningkatan suku bunga kredit, maka secara
langsung akan mempengaruhi penurunan pendapatan bunga bank. Kalau
kebijakan suku bunga dana langsung diikuti dengan kebijakan peningkatan
suku bunga kredit, maka dampaknya mungkin akan menjadi lebih buruk
karena akan mengakibatkan semakin besarnya biaya bunga yang akan
ditanggung oleh para debitur bank.
Sepanjang
kondisi ekonomi bisnis riil belum menunjukkan perbaikan yang
signifikan maka kebijakan untuk menaikkan suku bunga kredit akan
berdampak pada kemungkinan meningkatnya NPL yang selanjutnya akan
memperburuk kinerja perbankan.
Dari
fungsi tingkat bunga yang telah diungkapkan di point C diatas maka
akan terbentuk Break Even Point (BEP) atau titik impas yang diartikan
apabila biaya-biaya yang dikeluarkan sama denga jumlah pendapatan yang
diterima maka bank yang bersangkutan tidak mengalami kerugian ataupun
keuntungan
Analisis
yang terjadi pada dunia perbankan terjadi kenaikan tingkat suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebenarnya telah cukup tinggi.
Bank-bank sudah berani menawarkan bunga deposit sebesar 30% yang
berarti juga menaikan suku bunga kredit menjadi minimal 35%. Pada
situasi krisis tentunya investor enggan meminjam dana dari bank untuk
mendanai usahanya karena mereka akan kesulitan untuk mengembalikan
pinjaman beserta bunganya hal ini disebabkan oleh kerja sector
perbankan yang sedang mengalami kesulitan.
Kemungkinan
yang lain yaitu diakibatkan oleh kenaikan uang inti yaitu rupiah yang
ddicetak oleh BI. Ini merupakan teori inflasiyang pernah berkali-kali
terjadi, pada intinya hal ini semua disebabkan percetakan rupiah baru
oleh BI karena pemerintah memerlukan dana untuk mendorong APBN atau
untuk membantu penciptaan lapangan pekerjaan atau karena alasan politis.Apabila
semua tingkat bunga dalam system keuangan dapat dihitung angka
rata-ratanya dan diwakili oleh satu tingkat bunga itu tidak bias
dipersamakan karena tingkat suku bunga tergantung pada interaksi antara
system keuangan dan system riil dan harus pula mengembangkan suatu
model yang benar-benar riil yang akan memberikan informasi mengenai
determinan dari tingkat penghasilan dan kesempatan kerja. Sektor riil ini dibedakan antara perekonomian dengan sector keungan atau moneter karena jenis kegiatanya yang berbeda.
F. Struktur Suku Bunga
Determinan Struktur Suku bunga
Tingkat bunga yang telah diuraikan diatas dapat diartikan sebagai
rata-rata dari berbagai macam jenis suku bunga, yaitu meliputi jangka
pendek, jangka panjang, dll. Struktur tingkat bunga dalam sistem
keuangan terutama ditentukan oleh determinan sebagai berikut:
- Jangka waktu dari klaim keuangan
- Karakteristik perpajakan dari klaim keuangan
- Derajat risiko tunggakan dari klaim keuangan
- Kemudahan pemasaran dari klaim keuangan dan faktor-faktor lainnya.
Dari
keempat determinan tersebut diatas perbedaan jangka waktu dari klaim
keuangan merupakan faktor yang paling banyak dipertimbangkan. Hubungan
antara jangka waktu dan suku bunga disebut struktur masa (term structure) dari
suku bunga. Ketiga determinan lainnya juga merupakan faktor penting,
akan tetapi seringkali lebih mudah dalam menentukan pengaruhnya terhadap
struktur suku bunga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar